Kodok merupakan satwa yang biasa hidup di daratan maupun daerah yang berair, sebagian kodok banyak yang dijumpai tinggal di daratan yang sedikit lembab. Kodok air biasanya kulitnya cenderung halus dan berlendir, sedangkan kodok darat berkulit kasar, bertotol-totol dan kering. Kodok adalah hewan amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai kodok karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap kodok.
Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai keIndonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia, hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong kolong juga telah ditemui diBali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.
Kodok air sudah banyak dikenal orang terutama kodok sawah (Fejervarya cancrivora) yang berwarna hijau dengan sedikit loreng kekuning-kuningan merupakan saingan kodok impor yaitu Kodok Lembu. Kodok sawah ini banyak dicari orang untuk dibuat menu SWII KEE di restoran-restoran ternama. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.
Pada kali ini penulis kali ini hanya akan sedikit mengulas tentang Kodok darat, walaupun dikatakan kodok darat tetap saja membutuhkan air sebagai tempat bertelurnya. Kodok darat yang akan diceritakan kali ini, kalau di Yogya dikenal dengan istilah Kodok Pruntus atau Kodok Bangkong, kedua nama itu diambil dari ciri khas maupun kebiasaan kodok tersebut. Istilah Pruntus karena kodok tersebut kulitnya “mruntus” berbintil-bintil, sedangkan istilah bangkong dikarenakan kodok tersebut pada musim kawin yang jantan sering mengeluarkan suara “Kang…Kung…Kooong” yang “ngebas” dan bergema karena kantong suara di tenggorakannya. Suara kodok bangkong betina biasanya bunyinya “rrrr…reek…reeekk”.
GALLERY
Kodok Pruntus memiliki nama ilmiah Bufo melanostictus Schneider, 1799. Bangkong ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti kodok buduk (Jkt.), kodok berut (Jw.), kodok brama (Jw., yang berwarna kemerahan), dan Asian black-spined toad (Ingg.).
Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama. Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi. Bunyinya: Kung…Kong…Keek… (suara kodok jantan) dan rrrr…reek…rrrreeekkk (suara kodok betina) kedengaran riuh rendah, namun apabila kita perhatikan suara itu memiliki keteraturan urutan yang saling sahut-sahutan. Apabila ada salah satu kodok yang melanggar urutan tersebut, biasanya diartikan sebagai sebuah tantangan bagi yang lain dalam memperebutkan calon pasangannya. Biasanya untuk kodok yang menyimpang ini akan diserang oleh beberapa kompetitornya kodok-kodok lainnya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina.
Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam. Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya.
Anatomi
Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk.
Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman. Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-abuan. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.
Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan.
Dari segi anatomi, katak mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruang yang berbeda dari makhluk hidup darat yang terdiri dari 4 ruang dan makhluk hidup air seperti ikan yang hanya terdiri dari 2 ruang. Katak dan kodok pada umumnya mempunyai organ-organ yang sangat khusus untuk menunjang kehidupannya. Diantaranya adanya pulmo untuk kehidupan di darat, kulit berlendir dan kaki berselaput untuk memudahkan berenang di air, 2 lubang hidung yang berhubungan langsung dengan cavum oris yang digunakan untuk bernapas ketika katak dan kodok ini berada di dalam air.
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, 2 mata yang besar spherik, dibelakangnya 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makanan yang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat reproduksi
Habitat Kodok Pruntus
Bangkong kolong paling sering ditemukan di sekitar rumah. Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh. Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil; sampai 6-7 ekor.
Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.
Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut. Pada musim laron tiba sehabis hujan biasanya banyak kita temui kodok-kodok yang sedang berpesta memakan laron-laron yang sedang apes.
Racun Kodok Pruntus
Kodok Pruntus dikenal alat yang efektif sebagai pertahanan diri yaitu kulit yang beracun. Selama hidup penulis memang belum pernah ada orang yang terkena racun kodok ini, mungkin karena kodok tidak pernah menyerang manusia, cenderung menghindar jika bertemu dengan manusia. Namun kabarnya minyak dari bangkai kodok ini sering dipakai untuk tambahan “warangan” pada senjata-senjata orang Jawa tempo dulu. Racun Kodok Pruntus yang paling berbahaya yaitu dari jenis Kodok Pruntus bergaris merah di bagiang rahang atau pun punggungnya.
Kodok Pruntus mampunyai kelenjar racun yang tersebar di permukaan kulit yang dipenuhi tonjolan-tonjolan.
Reproduksi
Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telurreptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembap atau berair.
Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai keIndonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia, hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong kolong juga telah ditemui diBali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.
Kodok air sudah banyak dikenal orang terutama kodok sawah (Fejervarya cancrivora) yang berwarna hijau dengan sedikit loreng kekuning-kuningan merupakan saingan kodok impor yaitu Kodok Lembu. Kodok sawah ini banyak dicari orang untuk dibuat menu SWII KEE di restoran-restoran ternama. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.
Pada kali ini penulis kali ini hanya akan sedikit mengulas tentang Kodok darat, walaupun dikatakan kodok darat tetap saja membutuhkan air sebagai tempat bertelurnya. Kodok darat yang akan diceritakan kali ini, kalau di Yogya dikenal dengan istilah Kodok Pruntus atau Kodok Bangkong, kedua nama itu diambil dari ciri khas maupun kebiasaan kodok tersebut. Istilah Pruntus karena kodok tersebut kulitnya “mruntus” berbintil-bintil, sedangkan istilah bangkong dikarenakan kodok tersebut pada musim kawin yang jantan sering mengeluarkan suara “Kang…Kung…Kooong” yang “ngebas” dan bergema karena kantong suara di tenggorakannya. Suara kodok bangkong betina biasanya bunyinya “rrrr…reek…reeekk”.
GALLERY
Kodok Pruntus memiliki nama ilmiah Bufo melanostictus Schneider, 1799. Bangkong ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti kodok buduk (Jkt.), kodok berut (Jw.), kodok brama (Jw., yang berwarna kemerahan), dan Asian black-spined toad (Ingg.).
Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama. Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi. Bunyinya: Kung…Kong…Keek… (suara kodok jantan) dan rrrr…reek…rrrreeekkk (suara kodok betina) kedengaran riuh rendah, namun apabila kita perhatikan suara itu memiliki keteraturan urutan yang saling sahut-sahutan. Apabila ada salah satu kodok yang melanggar urutan tersebut, biasanya diartikan sebagai sebuah tantangan bagi yang lain dalam memperebutkan calon pasangannya. Biasanya untuk kodok yang menyimpang ini akan diserang oleh beberapa kompetitornya kodok-kodok lainnya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina.
Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam. Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya.
Anatomi
Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk.
Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman. Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-abuan. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.
Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan.
Dari segi anatomi, katak mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruang yang berbeda dari makhluk hidup darat yang terdiri dari 4 ruang dan makhluk hidup air seperti ikan yang hanya terdiri dari 2 ruang. Katak dan kodok pada umumnya mempunyai organ-organ yang sangat khusus untuk menunjang kehidupannya. Diantaranya adanya pulmo untuk kehidupan di darat, kulit berlendir dan kaki berselaput untuk memudahkan berenang di air, 2 lubang hidung yang berhubungan langsung dengan cavum oris yang digunakan untuk bernapas ketika katak dan kodok ini berada di dalam air.
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, 2 mata yang besar spherik, dibelakangnya 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makanan yang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat reproduksi
Habitat Kodok Pruntus
Bangkong kolong paling sering ditemukan di sekitar rumah. Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh. Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil; sampai 6-7 ekor.
Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.
Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut. Pada musim laron tiba sehabis hujan biasanya banyak kita temui kodok-kodok yang sedang berpesta memakan laron-laron yang sedang apes.
Racun Kodok Pruntus
Kodok Pruntus dikenal alat yang efektif sebagai pertahanan diri yaitu kulit yang beracun. Selama hidup penulis memang belum pernah ada orang yang terkena racun kodok ini, mungkin karena kodok tidak pernah menyerang manusia, cenderung menghindar jika bertemu dengan manusia. Namun kabarnya minyak dari bangkai kodok ini sering dipakai untuk tambahan “warangan” pada senjata-senjata orang Jawa tempo dulu. Racun Kodok Pruntus yang paling berbahaya yaitu dari jenis Kodok Pruntus bergaris merah di bagiang rahang atau pun punggungnya.
Kodok Pruntus mampunyai kelenjar racun yang tersebar di permukaan kulit yang dipenuhi tonjolan-tonjolan.
Reproduksi
Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telurreptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembap atau berair.
Sumber:
http://flora-faunaindonesia.blogspot.com/2012/04/kodok-pruntus.html
0 komentar:
Post a Comment