Harimau Jawa adalah harimau yang hidup di Kepulauan Sunda. Mungkin dari itu dinamakan Harimau Jawa atau Harimau Sunda. Pada tahun 1980-an Harimau Jawa (Harimau Sunda) dinyatakan telah punah. Dari adanya perburuan liar dan peluasan lahan pertanian mengakibatkan kurangnya habitat Harimau Jawa (Harimau Sunda) berkurang secara drastis. Pada tahun 1950-an Harimau Jawa dinyatakan habitannya tinggal sekitar 25 ekor saja. Populasi Harimau Jawa (Harimau Sunda) benar-benar turun secara drastis, yaitu pada tahun 1979 ada tanda-tanda bahwa Harimau Jawa (Harimau Sunda) tinggal 3 ekor saja yang ditemukan hidup di Pulau Jawa. Pada kejadian itulah maka pihak peneliti mempunyai anggapan bahwa kemungkinan kecil Harimau Jawa (Harimau Sunda) belumlah dianggap punah. Dan suatu saat pada tahun 1990-an Hewan Harimau Jawa (Harimau Sunda) tidak bisa di devinisikan ketika ada laporan tentang keberadaan hewan Harimau Jawa (Harimau Sunda)
Faktor penyebab terjadinya Harimau Jawa (Harimau Sunda) ini punah diduga karena kerusakan habitat Harimau Jawa (Harimau Sunda) akibat pertumbuhan penduduk dan perburuan intensif sekitar abad ke-20.
Pada tahun 1998 akhir Nasional Harimau Sunda mengadakan seminar yang berhasil menyepakati untuk dilakukan peninjauan kembali atas punahnya satwa Harimau Jawa (Harimau Sunda), dan seminar ini dilaksanakan di UC UGM. Jejak, guratan pohon, dan rambut yang diindikasikan sebagi bulu rambuat Harimau Jawa (Harimau Sunda) merupakan bukti anyar untuk melaksanakan tinjauan kembali atas punahnya Harimau Jawa (Harimau Sunda). Struktur rambut Macan Tutul dan rambut Harimau Jawa (Harimau Sunda) dapat di bedakan secara mikroskopis. Sampai saat ini masih dicari kebanaran dengan inisial punah untuk satwa Harimau Jawa (Harimau Sunda) ini.
Suatu hal yang aneh di kabarkan oleh warga Gunungkidul dan Purwadadi - Jawa Tengah – Indonesia bahwa ada salah satu Harimau Jawa yang memakan mayat yang masih baru. Entah dengan cara apa Harimau Jawa yang dikabarkan warga mengali kubur dan mengambil mayat tersebut, walaupun keadaan makan tersebut sudah dalam keadaan tertutup bangunan cor. Dengan bangunan bercor bukan beraksud untuk memperindah makam tapi hanya untuk melindungi makam dari Harimau Jawa itu.
Kembali lagi ke topic pembahasan Harimau Jawa (Harimau Sunda) hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Beberapa Taman Nasional telah diusahakan sebagai wujud usaha-usaha menyelamatkan Harimau Jawa (Harimau Sunda). Karena kebanyakan ukuran Taman Nasional yang begitu kecil dan pangan dari Harimau Jawa (Harimau Sunda) itu sendiri terlalu sedikit maka pada tahun 1950-an populasi Harimau Jawa (Harimau Sunda) tinggal 25 ekor dan sebanyak 13 ekor ada di Taman Nasional Ujung Kulon.
Selama 10 tahun kemudian angka populasi Harimau Jawa (Harimau Sunda) yang tinggal 25 ekor terus menurun. Pada tahun 1972 Harimau Jawa (Harimau Sunda) yang ada di Taman Nasional Meru Betiri tinggal 7 ekor. Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan terlindungi tetapi banyak yang membuka lahan pertanian disitu yang mengakibatkan Harimau Jawa semakin terancam. Pada tahun 80-an diperkirakan punah.
Harimau Sunda memiliki ukuran yang lebih besar dari pada Harimau Sumatra dan Harimau Bali. Untuk berat 150-200 kg adalah ukuran berat Harimau Jawa Jantan serta mempunyai panjang kira-kira 2.50 m. Untuk berat 75-115 kg adalah ukuran berat Harimau Jawa betina serta mempunyai panjang kira-kira sedikit kurang dari 2.50 m.
Penelitian terakhir yang dilakukan selama 1 tahun yakni semenjak tahun 1999-2000. Dilakukan survey selama 12 bulan di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur atas permintaan langsung kepala taman nasional, Indra Arinal, dan didukung direktur konservasi flora dan fauna Ir. Koes Saparjadi, disebabkan laporan dari beberapa orang staf taman nasional meru betiri serta warga setempat yang masih menduga bahwa harimau jawa masih ada.
Ada 12 oran-orang staf taman nasional dilatih dengan 20 unit kamera sebagai bekal. Bukan hannya 20 unit kamera tetapi juga mendapat bantuan dari yayasan “The Tiger Foundation” yakni 15 unit kemera infra merah sebagai upaya memfasilitasi kegiatan sensus.
Hasil sensus mengatakan : Tidak ada Harimau Jawa (Harimau Sunda), Sedikit mangsa, banyak pemburu liar.
Faktor penyebab terjadinya Harimau Jawa (Harimau Sunda) ini punah diduga karena kerusakan habitat Harimau Jawa (Harimau Sunda) akibat pertumbuhan penduduk dan perburuan intensif sekitar abad ke-20.
Pada tahun 1998 akhir Nasional Harimau Sunda mengadakan seminar yang berhasil menyepakati untuk dilakukan peninjauan kembali atas punahnya satwa Harimau Jawa (Harimau Sunda), dan seminar ini dilaksanakan di UC UGM. Jejak, guratan pohon, dan rambut yang diindikasikan sebagi bulu rambuat Harimau Jawa (Harimau Sunda) merupakan bukti anyar untuk melaksanakan tinjauan kembali atas punahnya Harimau Jawa (Harimau Sunda). Struktur rambut Macan Tutul dan rambut Harimau Jawa (Harimau Sunda) dapat di bedakan secara mikroskopis. Sampai saat ini masih dicari kebanaran dengan inisial punah untuk satwa Harimau Jawa (Harimau Sunda) ini.
Suatu hal yang aneh di kabarkan oleh warga Gunungkidul dan Purwadadi - Jawa Tengah – Indonesia bahwa ada salah satu Harimau Jawa yang memakan mayat yang masih baru. Entah dengan cara apa Harimau Jawa yang dikabarkan warga mengali kubur dan mengambil mayat tersebut, walaupun keadaan makan tersebut sudah dalam keadaan tertutup bangunan cor. Dengan bangunan bercor bukan beraksud untuk memperindah makam tapi hanya untuk melindungi makam dari Harimau Jawa itu.
Kembali lagi ke topic pembahasan Harimau Jawa (Harimau Sunda) hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Beberapa Taman Nasional telah diusahakan sebagai wujud usaha-usaha menyelamatkan Harimau Jawa (Harimau Sunda). Karena kebanyakan ukuran Taman Nasional yang begitu kecil dan pangan dari Harimau Jawa (Harimau Sunda) itu sendiri terlalu sedikit maka pada tahun 1950-an populasi Harimau Jawa (Harimau Sunda) tinggal 25 ekor dan sebanyak 13 ekor ada di Taman Nasional Ujung Kulon.
Selama 10 tahun kemudian angka populasi Harimau Jawa (Harimau Sunda) yang tinggal 25 ekor terus menurun. Pada tahun 1972 Harimau Jawa (Harimau Sunda) yang ada di Taman Nasional Meru Betiri tinggal 7 ekor. Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan terlindungi tetapi banyak yang membuka lahan pertanian disitu yang mengakibatkan Harimau Jawa semakin terancam. Pada tahun 80-an diperkirakan punah.
Harimau Sunda memiliki ukuran yang lebih besar dari pada Harimau Sumatra dan Harimau Bali. Untuk berat 150-200 kg adalah ukuran berat Harimau Jawa Jantan serta mempunyai panjang kira-kira 2.50 m. Untuk berat 75-115 kg adalah ukuran berat Harimau Jawa betina serta mempunyai panjang kira-kira sedikit kurang dari 2.50 m.
Penelitian terakhir yang dilakukan selama 1 tahun yakni semenjak tahun 1999-2000. Dilakukan survey selama 12 bulan di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur atas permintaan langsung kepala taman nasional, Indra Arinal, dan didukung direktur konservasi flora dan fauna Ir. Koes Saparjadi, disebabkan laporan dari beberapa orang staf taman nasional meru betiri serta warga setempat yang masih menduga bahwa harimau jawa masih ada.
Ada 12 oran-orang staf taman nasional dilatih dengan 20 unit kamera sebagai bekal. Bukan hannya 20 unit kamera tetapi juga mendapat bantuan dari yayasan “The Tiger Foundation” yakni 15 unit kemera infra merah sebagai upaya memfasilitasi kegiatan sensus.
Hasil sensus mengatakan : Tidak ada Harimau Jawa (Harimau Sunda), Sedikit mangsa, banyak pemburu liar.
Gunungkidul itu Yogyakarta om
ReplyDelete-CMIIW-
Gunungkidul banyak penunggunya om.....
Delete